Kamis, 07 Agustus 2014

Sang Entrepreneur


“Banyak orang berpikir salah mengenai apa itu kebahagiaa sejati. Hal itu tidak tercapai melalui kepuasan diri sendiri, melainkan melaui kesetiaan kepuasaan terhadap tujuan yang berharga”.
-Hellen Keller-

            Beberapa tahun terakhir entrepreneurship benar-benar menjamur. Buku-buku bertemakan entrepreneur membludak di toko buku. Seminar dan training yang menawarkan kesuksesan bisnis membludak di seluruh kota. Kompetisi dan perlombaan bagi pengusaha muda makin sering diadakan. Bahkan beberapa kampus tak mau ketinggalan mulai memasukkan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib.
            Tentu ini sebuah perkembangan menarik dan patut disyukuri. Jika dulu menjadi karyawan adalah dambaan para anak muda, sekarang justru sebaliknya, anak muda sedang berlomba-lomba merintis usahanya masing-masing. Ketika ditanya apa rencananya setelah lulus kuliah, para mahasiswa sudah tidak lagi canggung untuk menjawab, “Ingin menjadi entrepreneur”. Sebuah jawaban yang kini dirasa lebih keren dan sangat membanggakan.
            Dalam islam sendiri entrepreneurship sangat dianjurkan. Jauh sebelum Robert Kiyosaki mengemukakan Qashflow Quadrant-nya, Rasulullah belasan abad yang lalu sudah menasihatkan bahwa entrepreneurship sangat layak dijadikan pilihan profesi bagi seorang muslim, Bukan self employee, apalagi employee. Bahkan dengan tegas Rasulullah mewasiatkan bahwa Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada pada perniagaan. Tak hanya itu, sembilan dari sepuluh sahabat Rasulullah yang masuk surge adalah entrepreneur yang andal.
            Banyak yang memutuskan untuk memilih profesi sebagai karyawan bukan karena dorongan jiwa, tapi ketakutan menghadapi risiko dari berwirausaha. Padahal kita tentu menyadari bahwa hidup adalah kumpulan dari risiko-risiko. Ketika sedang mengendarai motor atau mobil di jalan raya, ada risiko kecelakaan. Ketika naik pohon, ada risiko jatuh. Bahkan ketika tiduran di dalam rumah pun kita juga punya risiko tertimbun reruntuhan rumah. Kok bisa? Ya kalau terjadi gempa, angin topan, atau benacana alam yang tak terduga hal itu bukan mustahil untuk terjadi.
            Maka agak kurang tepat jika banyak yang tidak segera memutuskan untuk memulai usaha hanya karena alasan takut menghadapi risiko, takut gagal, takut modalnya habis, takut dimarahi pelanggan, dan ketakutan-ketakutan lain yang belum tentu terjadi. Hidup sebagai entrepreneur memang harus siap dengan banyak risiko. Justru di sanalah menariknya. Risiko bukan hambatan, tapi dianggap sebagai tantangan. Bukan untuk ditakuti, tapi untuk dihadapi. Saya kira, hampir semua profesi di muka bumi ini ada risikonya. Bukan hanya pengusaha, karyawan juga punya risiko. Risiko dimarahi atasan, risiko tanggung jawab dan tugas yang kadang berat, bahkan risiko PHK sangat mungkin terjadi.
            Maaf. Bukan maksud untukmencela atau menyepelekan profesi lain, tetapi sekedar mengingatkan bahwa pilihan hidup sebagai entrepreneur adalah salah satu pilihan hidup yang bijak dan patut dihargai. Ada banyak keutamaan yang bisa didapat oleh para pengusaha muslim. Apa saja itu?
            Pertama, yaitu peluang untuk memperluas kontribusi. Kita tentu menyadari tujuan utama penciptaan manusia di muka bumi ini adalah dalam rangka menjadi khalifah fil ardh (wakil Tuhan di  muka bumi). Sebuah mandate dan amanah yang cukup besar tentunya. Manusia dicipta untuk memakmurkan bumi. Ketika seseorang hidup hanya untuk memakmurkan diri sendiri, maka ia dinilai gagal dalam hidup. Apalagi sudah tidak memberi manfaat, malah membuat orang lain menjadi susah hidupnya, tentu ini lebih celaka lagi. Itulah sebabnya Rasulullah samai menempatkan orang yang banyak kontribusinya bagi sesama di tempat yang sedemikian tinggi. Manusia terbaik adalah manusia yang paling banyak memberi manfaat bagi sesama.
            Itulah salah satu niat baik yang seharusnya ada dalam hati semua entrepreneur, yakni bagaiaman agar dengan usahan yang kita rintis ini nantinya bisa memberi kontribusi terbaik bagi umat. Menurut Ippho Santosa, entrepreneur itu walau belum bisa merekrut karyawan, pada hakikatnya dia sudah membuka lapangan kerja, minimal untuk satu orang. Yaitu dirinya sendiri. Apalagi jika usaha sudah membesar, maka konstitusi yang diberikan juga semakin besar. Karyawan yang dipekerjakan membesar, pengangguran menyempit, dan hasil usaha kita bisa dimanfaatkan untuk kebaikkan.
            Itu keuntungan pertama. Keuntungan berikutnya dari pilihan hidup sebagai entrepreneur yaitu peluang untuk lebih menghargai waktu. Tahulah kita bahwa waktu pada hakikatnya adalah umur kita. Apabila kita menggunakan waktu untuk hal yang sia-sia, itu berarti kita sedang menyia-nyiakan umur kita. Begitu pun sebaliknya, ketika kita menggunakan waktu kita dengan produktif, pada hakikatnya kita sedang membuat usia kita produktif.
            Nah, salah satu ikhtiar untuk mengefektifkan waktu menurut hemat saya adalah dengan menjadi pengusaha. Mengapa? Pertama, ketika kita baru merintis usaha, hampir seluruh waktu kita tercurah pada usaha itu. Tidak ada waktu santai, yang ada adalah kerja keras dan terus belajar. Baru merintis tapi sudah “berani” menggunakan waktu untuk bersantai, maka ia sedang bersiap untuk tidak berhasil.
            Tak hanya itu, ketika seorang wirausahawan telah berhasil membesarkan bisnisnya sehingga tanpa kehadirannya bisnis itu sudah bisa berjalan, waktunya bisa tercurahkan sebaik mungkin untuk hal lain. Bill Gates misalnya yang kini lebih banyak mengurus yayasan sosialnya ketimbang Microsoft-nya. Penghargaan terhadap waktu bisa benar-benar dijalankan.
            Keuntungan ketiga yakni mengikuti wasiat Rasul. Empat belas abad silam Rasulullah sudah menasihatkan kalau sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perniagaan. Itu adalah pemberitahuan Rasul yang segala ilmunya bersumber dari Yang Mahatahu. Dan yang lebih penting lagi, wirausahawan adalah manusia merdeka. Saya pernaah menuturkan dalam buku, “Saudagar Langit” bahwa wirausahawan tidak punya atasan. Jadi kalau lagi pengen kerja ya kerja. Kalau ada aktivitas yang lain ya boleh saja. Tidak ada yang memarahi. Nggak ada bos yang ngomel-ngomel. Kecuali dimarahi relasi atau pelanggan, itu lain ceritanya. Betapa hebat Anda, jika hanya Allah dan diri Anda sendirilah yang menentukan nasib usaha Anda. Bukan atasan, bukan CEO, bukan bos. Tentu Anda akan bebas mengendalikan dan mengembangkan kreativitas Anda, tanpa dibatasi oleh orang lain.
            Salim A. Fillah pernah menegaskan, mengapa investasi, harus menjadi aktivitas bagi seorang mukmin, yakni agar menghargai waktu dan kerja keras, agar mengerti apa itu risiko, agar berjiwa merdeka, agar menghargai silaturahim. Agar berwawasan luas, agar cerdas mengelola anggaran, agar bisa belajar kepemimpinan, agar dapat merasakan indahnya sedekah, agar lebih peka untuk bersyukur dan bersabar, serta agar merasakan nikmatnya memberi kemanfaatan bagi orang lain.
            Sedangkan Imam Hasan Al-Banna pernah bertutur, “Hendaklah engkau memiliki proyek usaha ekonomi betapa pun kayanya engkau, utamakan proyek mandiri betapa pun kecilnya, dan cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu betapa pun tingginya kapasitas keilmuanmu. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan jadikanlah ia sesempit-sempit pintu rezeki”. Jangan ngambek. Bukan saya lho yang bilang.
            Pertanyaan terakhir, siap jadi entrepreneur? Lebih lengkapnya, telah saya kupas dengan detail dalam buku Saudagar Langit: Membongkar 5 Kunci Kesuksesan Bisnis Manusia-Manusia Langit.

Sumber:
Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati (Ahmad Rifa’I Ri’fan) : Sang Entrepreneur

Rabu, 02 April 2014

Kriteria Pemimpin Yang Baik.

Pemilihan kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah secara langsung oleh rakyat maupun pemilihan kepala negara dan dewan perwakilan rakyat pusat secara langsung pula oleh rakyat, mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan sosok pribadi pemimpin yang ideal atau sesuai dengan kebutuhan, maka sistem dan tatacara serta kriteria pencalonan harus mengarah kepada terpilihnya seorang atau sekelompok orang yang betul-betul berkwalitas. Hal ini sebenarnya secara tidak langsung menunjukkan bahwa tanggung jawab kepemimpinan dalam negara demokrasi berada ditangan rakyat, karena rakyatlah yang memilih langsung. Oleh karena itu, pemahaman tentang pemimpin yang ideal haruslah diselaraskan dengan kebutuhan bangsa saat ini, bukan berdasarkan sikap subyektifitas pribadi, suka atau tidak suka, satu golongan atau tidak satu golongan. Kepemimpinan yang visioner, kuat dan transformatif, bagaimanapun akan mendorong masyarakat dan segenap elemen bangsa untuk semakin merasakan atau memilki tanggung jawab bersama dalam memajukan bangsa.
Berikut merupakan 12 kriteria calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang diharapkan mampu menjadi sosok yang ideal bagi rakyat dan negara, diantarnya:
1. Berprinsip dan Berkomitmen
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, sejak dari dahulu hingga saat ini dan masa yang akan datang, yang selalu menjadi kunci penting adalah sejauh mana prinsip dan komitmen para pemimpin ini mengkristal dan menjadi kepribadian, khususnya bagi para anggota DPR dan bagi segenap aparatur negara pada umumnya, bukan hanya segelintir para elit saja. Hal ini penting adanya, karena penyebab terjadinya perubahan dan kemajuan dalam pembangunan adalah berdasarkan prinsip dan komitmen para pemimpinnya. Konsistensi diri dan kreasi intelektual dalam implementasi regulasi dan kebijakan untuk menangani problem dalam pengelolaan negara menjadi faktor penentu keberhasilan yang diharapkan oleh segenap lapisan masyarakat.
2. Memiliki Kredibilitas dan Kapabilitas sebagai Seorang Pemimpin
Seorang anggota dewan haruslah orang yang kredibel (memiliki moral sebagai seorang pemimpin) dan kapabel (memiliki kemampuan untuk memimpin). Beberapa hal yang harus dimiliki seorang anggota dewan adalah kreatifitas, sensitifitas, visi, dan kesabaran. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat menghasilkan pemimpin pada generasi berikutnya, bukan pengikut. Karena situasi yang dihadapi berikutnya belum tentu sama dengan situasi saat ini. Seorang pemimpin yang kredibel dan kapabel juga tidak boleh hanya berorientasi jangka pendek, ia harus berfikir jangka panjang, memikirkan bagaimana kondisi rakyat untuk 5-10 tahun mendatang.
3. Jujur dan Amanah
Pemimpin haruslah seorang yang jujur dan dapat dipercaya, serta mampu mengkomunikasikan visinya. Artinya, ia harus mampu menstransformasikan visinya kepada rakyat, nilai-nilai yang dianutnya serta integritas dan kepercayaannya.
4. Bertanggung jawab
Seorang anggota dewan harus berupaya optimal sebatas kemampuannya, namun jika dia belum bisa mewujudkan harapan rakyatnya untuk kepentingan bangsa dan negara apalagi jika ia berbuat kesalahan atau terindikasi menyimpang, maka aparat bersangkutan harus legowo untuk meletakkan jabatannya, bukan justru mempertahankan posisinya dengan segala macam dalih.
5. Bijaksana dan Adil
Banyak pemimpin besar yang akhirnya jatuh karena tidak bijak menggunakan kekuasaan. Kekuasaan yang besar cenderung sewenang-wenang dan korup. Inilah awal keruntuhan dari kepemimpinan. Seorang pemimpin harus dapat menegakkan hukum demi keadilan, memberantas korupsi dan segala bentuk penyimpangan, serta membuat kebijakan dan regulasi yang peka dan memihak kepada seluruh elemen masyarakat, demi terwujudnya kesejahteraan rakyat. Karena pada dasarnya setiap manusia apapun jabatannya dihadapan hukum adalah sama, maka pelanggaran hukum harus benar-benar mendapatkan perhatian yang serius, tidak peduli apapun bentuk pelanggarannya dan siapa pelakunya.
6. Profesional
Riak dan pro-kontra dukungan dalam keseharian pelaksanaan pemerintahan sudah barang tentu biasa terjadi dalam kehidupan bernegara yang pluralis. Oleh karena itu, tarik menarik kepentingan dalam hal ini hendaknya murni didasari kepentingan yang lebih luas untuk rakyat, dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok partai tertentu saja.
7. Cerdas dan Berwawasan Luas
Sebagai seorang calon anggota dewan yang nantinya akan mengurusi hajat hidup dan kepentingan rakyat banyak, sudah menjadi prioritas utama jika anggota dewan itu haruslah seorang yang cerdas dan berwawasan luas agar dapat menjawab tantangan dan permasalahan rakyat. Kecerdasan tidak hanya sebatas kecerdasan intelektual saja, akan tetapi juga menyangkut kecerdasan spiritual dan emosional. Kecerdasan seorang calon anggota dewan ini dapat diseleksi melalui kombinasi antara kefiguran, keprofesionalan, kompetensi serta background pendidikan dan pengalaman. Selain itu, wawasan yang luas mengenai IPTEK juga sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin untuk menghadapi tantangan di era globalisasi saat ini yang semakin kompleks.
8. Tegas
Sungguh sangat memprihatinkan apabila kita melihat perkembangan kondisi bangsa akhir-akhir ini, di mana sejumlah persoalan besar masih belum dapat diselesaikan secara tuntas, tepat, dan sesuai dengan ketentuan hukum dan nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Saat ini perilaku para politisi yang kadang terlalu hiruk pikuk ketika membahas suatu kasus yang hasilnya tidak jelas. Banyak kasus yang masih menjadi pekerjaan berat pemerintah, dan jika tidak dipimpin oleh pemimpin yang tegas, akan sangat sulit mengharapkan kasus-kasus itu bisa diselesaikan. Masyarakat saat ini sudah bosan dengan sosok pemimpin yang ragu-ragu.
9. Mau Terjun Langsung
Anggota dewan memang harus terjun langsung kepada orang yang diwakilkannya, dalam hal ini rakyat. Anggota dewan harus mendengar langsung aspirasi mereka, bukan hanya dilakukan saat kampanye. Karena, kerja sesungguhnya adalah saat terpilih menjadi anggota dewan, bukan janji-janji saat mereka mencalonkan diri.
10. Ikhlas
Pemimpin yang ikhlas akan dekat di hati rakyatnya, karena hakikatnya memimpin adalah pelayanan, pengabdian, dan dedikasi diri kepada orang lain. Oleh Karena itu, seorang anggota dewan harus memilki sikap ikhlas dan siap dengan hujatan. Rakyat tidak sama pikirannya, jadi pemimpin harus siap dengan kondisi terburuk seperti itu. Hujatan, isu politik dan lain sebagainya itu merupakan konsekuensi jadi pemimpin dan hal yang biasa di jajaran parlemen, sikap dan tekad untuk pengabdian lah yang harus lebih diutamakan.
11. Bersikap Realistis
Anggota dewan yang baik harus mampu bersikap realistis dalam menyikapi keadaan bangsa saat ini sehingga bisa menentukan pilihan terbaik, serta mengerti akan kebutuhan rakyatnya. Selain itu, seorang pemimpin juga harus mampu menentukan skala prioritas dalam menjalankan tugasnya, karena tidak semua keinginan dapat dilaksanakan. Segala keinginan, hendaknya lebih mengutamakan hak rakyat dari pada kepentingan diri sendiri. karena kepentingan yang muluk-muluk dan bersifat subyektif akan mengarah pada sifat materialistis.
12. Menjunjung Tinggi Budaya Malu
Seorang pemimpin haruslah seorang yang beriman, dan salah satu ciri iman yaitu terpupuknya rasa malu dalam dirinya sendiri. Budaya Korupsi yang merajalela saat ini, telah mengawali runtuhnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Budaya-budaya inilah yang akan mematikan prestasi dan kurang memupuk jiwa kreatifitas. Oleh karena itu, saat ini masyarakat perlu ikut dan turut serta berperan aktif untuk mencegah praktek-praktek korupsi, salah satunya adalah ikut berperan aktif dalam menegakkan budaya malu. Malu dalam artian malu terhadap diri sendiri, orang lain atau masyarakat, dan utamanya kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui jika kita ingin berbuat hal-hal yang berbau korupsi.

Sumber : http://www.pewarta-indonesia.com/kolom-pewarta/kriteria-anggota-dpr/7694-memilih-calon-anggota-dpr-ri-yang-cermat-cerdas-dan-bermanfaat-16u.html

Menghindari Perilaku Dendam dan Munafik

Perilaku dendam dan munafik adalah perilaku yang tercela. Islam memerintahkan agar umatnya menghindari sifat ini. Kita tidak diperbolehkan untuk memiliki rasa dendam di dalam hati.
Pada masa Rasulullah ada seorang tokoh yang terkenal kemunafikannya, yaitu Abdullah bin Ubay. Dalam perang Uhud ia berusaha memengaruhi teman-temannya untuk mundur dari perang. Atas hasutannya, sebanyak 300 orang mengundurkan diri dari perang. Mereka takut menghadapi perang tersebut. Perbuatan Abdullah bin Ubay hanya disebabkan karena pendapatnya tidak diterima oleh Nabi Muhammad saw.. Sebelum berperang, Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat. Musyawarah  itu memutuskan untuk perang terbuka. Kaum muslimin keluar dari kota Madinah menuju medan perang. Namun Abdullah bin Ubay mengusulkan agar kaum muslimin tetap bertahan di Madinah mengadang pasukan musuh. Pendapat Abdullah bin Ubay ini tidak disetujui, sehingga ketika hendak terjadi perang, Abdullah bin Ubay menghasut kawan-kawannya.
Dengan demikian, sikap ini adalah sikap tercela, karena Abdullah bin Ubay telah menyimpan dendam kepada Rasulullah sekaligus dikenal sebagai orang munafik.
Perilaku dendam dan munafik harus selalu kita hindari. Kita dapat menghindari sifat ini dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.


1. Di Keluarga
Di dalam keluarga, kita harus selalu menumbuhkan rasa saling mencintai dan penuh kasih sayang. Kita tidak boleh menaruh rasa dendam terhadap saudara kita sendiri. Apabila ada kesalahan dari salah seorang saudara kita, harus dimaafkan dan tidak diperboleh membalas dendam terhadap mereka.
Demikian pula, di dalam keluarga kita tidak boleh berkata dusta, mengingkari janji, maupun mengkhianati amanat yang diberikan kepada kita. Ketiga sifat ini jika kita lakukan akan menjerumuskan kita ke dalam kemunafikan.


2. Di Sekolah
Di dalam lingkungan sekolah pun, kita juga tidak diperbolehkan menyimpan rasa dendam terhadap warga sekolah. Sesama teman harus saling menjaga persahabatan. Pergaulan dengan teman di sekolah tidak boleh dikotori dengan sikap tercela seperti rasa dendam. Kita tidak boleh melakukan perbuatan yang memalukan dan merugikan, seperti tawuran pelajar. Perbuatan ini merupakan perilaku tercela yang biasanya dipicu dengan rasa dendam. Apabila rasa amarah disalurkan dalam kegiatan positif, seperti olahraga, bela diri, maupun ekstrakurikuler lainnya, akan lebih bermanfaat.


3. Di Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan yang sangat majemuk. Berbagai karakter ada di dalam masyarakat. Keharmonisan masyarakat sangatlah penting. Kita tidak boleh merusak keharmonisan tersebut dengan perbuatan tercela. Apabila kita memiliki rasa dendam dalam masyarakat, dapat menimbulkan perilaku anarkis, merusak ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Hal-hal baik yang harus dilakukan untuk menghindari sifat dendam dan munafik adalah sebagai berikut.
1. Menyadari bahwa perbuatan dendam dan munafik sangat membahayakan.
2. Menahan diri dari rasa amarah, melecehkan maupun mengejek orang lain
3. Bersikap ramah, ceria dan sopan terhadap siapa saja.
4. Selalu bekerja dan berbuat kebaikan.
5. Menjaga tali silaturahmi dan persaudaraan
6. Membiasakan perilaku jujur kepada siapa saja pun, di mana pun dan kapan pun.
7. Memperdalam ilmu agama dengan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di masyarakat.


Sabtu, 29 Maret 2014

Review Buku Baru Perpustakaan Mesjid Al-Hidayah.


   Ikhwahfillah, ada buku baru di perpustakaan mesjid Al-Hidayah, Nih baca reviewnya :



 
















Gara-gara Indonesia, Amerika kalah perang di Vietnam.
Gara-gara Indonesia, Napoleon kalah perang di Eropa.
Gara-gara Indonesia kolonialis kehilangan puluhan negara jajahan.
Kalau tidak ada Indonesia, mungkin Amerika tidak ditemukan Columbus.
Kalau bukan karena Indonesia, mungkin Malaria lebih mematikan.
Kalau bukan karena Indonesia, mungkin dunia tidak sedamai sekarang.
Buku ini mengungkap fakta mengejutkan yg membuat kita makin bangga sbg bangsa Indonesia. Membaca tulisan Sejarawan lulusan Univ. Indonesia ini membuat kita sadar bahwa Indonesia banyak berperan dalam perubahan dunia.




















Catatan Hati di Setiap Doaku berisi  kisah-kisah sejati, keajaiban doa yang dirasakan penulis-penulisnya. Menyentuh dan menggugah. Bagaimana masing-masing berusaha menemukan kekuatan agar tidak tenggelam dalam jerat keputusasaan saat ujianNya menyapa, setelah membaca buku ini anda akan termotivasi untuk selalu mengingat sang maha Pencipta saat ujian hidup datang.


 Think Dinar
Percayakah biaya haji turun setiap tahun? Biaya sekolah makin murah? Biaya hidup makin lega, jika anda berpikir Dinar?--Baca #Think Dinar! Sebuah buku dengan bahasa populer, mudah dicerna tapi dahsyat dan membekali dalam revolusi keuangan, menjadi Muslim yang kaya Hari ini dan Super Kaya di masa depan .

 




















Pergi Haji Dengan Rp.100


Siapa bilang menabung haji harus tunggu kaya dulu?
maukah keajaiban pergi haji terjadi untuk Anda?
Ini buku wajib buat yang punya impian pergi haji!
Sebuah kisah nyata yang akan memotivasi siapa saja yang ingin pergi haji sekalipun hidup pas-pasan, dan menginspirasi mereka yang berkecukupan tapi belum terpanggil pergi haji juga.


 

















No Excuse!

Apakah selama ini kamu merasa wajar hidup biasa-biasa saja dengan dalih: kamu dari keluarga miskin, kamu tidak bisa, kamu tidak berbakat, tidak punya modal, tidak punya relasi, pekerjaan tidak sesuai minat, dan segudang alasan lain? Saatnya No Excuse! Jangan jadikan dalih atau alasan mengecilkan karunia Allah kepadamu sebagai hamba terbaik. Lejitkan potensi dengan buku NO Excuse!


























Salon Kepribadian : Jangan Jadi Muslimah Nyebelin
Salon kepribadian buat muslimah, memangnya perlu? Bukannya muslimah apalagi jika sudah berkerudung, identik dengan pribadi anggun yang menebar sejuk pada sekitar? Hm, meski seharusnya hanya menjadi sumber kebaikan, lihat kiri kanan deh, atau tatap bayangan di cermin. 
Jangan-jangan muslimah nyebelin yang butuh direhab itu kita sendiri :) Mulai dari menjadi sumber aroma tidak sedap karena bau badan, selalu ngeluh sampai teman yang dengar lama-lama pingin menjitak; atau kebiasaan asal komen, “Kok kamu gendutan sih? Iteman sih? Jerawatan sih?” Bahkan saat menjalankan ibadah pun, ternyata muslimah bisa kena label nyebelin. Contohnya muslimah yang berdoa panjang atau sibuk make up di karpet musholla, sementara antrean penuh. Asal menaruh kaus kaki ketika shalat hingga jamaah di belakangnya kebauan, dan lain-lain
. 


Yuk, buruan datang sebelum kehabisan… J




Kamis, 27 Maret 2014

Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah.

Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah
Allah Ta’ala berfirman,
ARTINYA
“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali, [285]’ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.[286]”


Keutamaan Ke-dua Ayat Ini
Mengenai keutamaannya, terdapat hadits yang diriwayatkan Ibn Mas’ûd RA., yang berkata, “Rasulullah SAW, bersabda,‘Barangsiapa yang membaca dua ayat di akhir surat al-Baqarah pada sutu malam, maka ia (dua ayat itu) telah mencukupinya.” (HR.al-Bukhary)
Maknanya, mencukupinya dari semua kejahatan (alias terhindar darinya). Hal ini karena makna-makna agung yang dikandung oleh kedua ayat tersebut. Menurut pendapat lain, “Dua ayat itu cukup baginya sebagai pengganti shalat malam waktu itu.”
Dalam hadits yang lainnya, yang diriwayatkan Imam Muslim, di antara isinya, “Rasulullah SAW., dikaruniai tiga hal; diberi shalat lima waktu, diberi ujung (akhir) surat al-Baqarah…”
Hadits-hadits mengenai keutamaan kedua ayat tersebut banyak sekali, Imam Ibn Katsîr mengetengahkan sebagiannya ketika menafsirkan kedua ayat tersebut.


Sebab Turun Ayat
Imam Muslim mengeluarkan di dalam kitab Shahih-nya dan juga dikeluarkan oleh periwayat lainnya, dari Abu Hurairah, dia berkata, “Tatkala turun ayat [artinya], ‘Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu” (Q.s.,al-Baqarah:284) beratlah hal itu bagi para shahabat RA. Lalu mereka mendatangi Rasulullah SAW., dengan merangkak atau bergeser dengan bertumpu pada pantat (ngengsot) seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami sudah dibebankan amalan-amalan yang mampu kami lakukan; shalat, puasa, jihad dan sedekah (zakat) dan sekarang telah diturunkan padamu ayat ini padahal kami tidak sanggup melakukannya.’
Lalu Rasulullah SAW., bersabda, ‘Apakah kalian ingin mengatakan sebagaimana yang dikatakan Ahli Kitab sebelum kamu; kami dengar namun kami durhaka? Tetapi katakanlah ‘kami dengar dan patuh, Wahai Rabb, kami mohon ampunan-Mu dan kepada-Mu tempat kembali.’ Tatkala mereka mengukuhkan hal itu dan lisan mereka telah kelu, turunlah setelah itu ayat ‘Aamanar Rasuul…sampai al-Mashiir. (al-Baqarah:285)’ Dan tatkala mereka melakukan hal itu, Allah pun menghapus (hukum)-nya dengan menurunkan firman-Nya, “Laa Yukallifullah…hingga selesai.(al-Baqarah:286)” [HR.Muslim, no.125 dan Ahmad, II/412]


Kapan Dua Ayat Ini Dibaca?
Dianjurkan membacanya ketika akan tidur sebagaimana hadits di muka yang menyebutkan keutamaannya, “Siapa yang membacanya pada satu malam, maka ia (dua ayat itu) telah mencukupinya.”
Demikian juga berdasarkan riwayat dari ‘Aly, dia berkata, “Menurutku tidak ada orang yang berakal lagi telah sampai kepadanya Islam, tidur namun tidak membaca ayat Kursi dan penghujung surat al-Baqarah; sebab ia merupakan perbendaharaan (harta terpendam) di bawah ‘arsy.” (Lihat, Tafsir Ibn Katsir, Jld.I, h.735)
Di samping itu, dianjurkan juga membacanya di rumah untuk mengusir syaithan. Hal ini berdasarkan riwayat an-Nu’man bin Basyir, dari Nabi SAW., yang bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mencatatkan suatu catatan…[di dalamnya terdapat]… darinya Dia (Allah) menurunkan dua ayat penutup surat al-Baqarah, dan (bila) ke-duanya tidak dibaca pada satu rumah selama tiga malam, maka syaithan akan menetap di dalamnya.” 

Makna Global Ayat
Di dalam ayat-ayat yang mulia tersebut terdapat pemberitaan dari Allah mengenai Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman bahwa mereka itu telah beriman kepada semua wahyu yang diwahyukan kepada Rasul kita, Muhammad SAW. Mereka beriman kepada Allah, kitab-kitab dan Rasul-Rasul-Nya semua, tidak ada perbedaan di antara mereka, menjalankan semua perintah, mengamalkan, mendengar, patuh, meminta kepada Allah ampunan atas dosa-dosa mereka dan khusyu’ serta tunduk kepada Allah di dalam memohon pertolongannya-Nya dalam menjalankan kewajiban tersebut.
Di dalam ayat-ayat tersebut juga terdapat pemberitaan bahwa Allah tidak membebani para hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuan mereka, setiap jiwa akan mendapat pahala kebaikan yang dilakukannya dan dosa atas kejahatan yang dilakukannya, Allah Ta’ala mengampuni keterbatasan mereka dalam mengemban kewajiban-kewajiban dan hal-hal haram yang dilanggar, tidak memberikan sanksi atas kesalahan dan kelupaan mereka, Dia sangat memudahkan syari’at-Nya dan tidak membebani mereka hal-hal yang berat dan sulit sebagaimana yang dibebankan kepada orang-orang sebelum mereka serta tidak membebankan mereka sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka. Dia telah mengampuni, merahmati dan menolong mereka atas orang-orang kafir. (Lihat, Tasysiir al-Kariim ar-Rahmaan, h.101)
Allah Ta’ala telah menjelaskan karunia-Nya itu dengan firman-Nya, ‘Telah Aku lakukan (Aku telah menetapkannya)’sebagai jawaban atas setiap doa yang ada di dalam ayat-ayat tersebut.


Pesan-Pesan Ayat
Di antara pesan-pesan dua ayat tersebut adalah:
1. Menyebutkan sifat agung seorang Mukmin, yaitu mendengar, ta’at (patuh) dan komitmen terhadap perintah-perintah Allah.
2. Di antara keimanan yang esensial adalah iman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab dan Rasul-Rasul-Nya.
3. Wajib beriman kepada seluruh para Rasul dan kitab-kitab-Nya tanpa membeda-bedakan di antara mereka
4. Betapa besar rahmat Allah kepada para hamba-Nya, di mana Dia tidak membebankan mereka kecuali sesuai dengan perbuatan-perbuatan yang mereka mampu lakukan dan tidak memberikan sanksi atas kelupaan, ketidaktahuan akan hukum atau kesalahan yang mereka lakukan.
5. Di dalam ayat-ayat di atas terdapat hal yang mengindikasikan adanya kemudahan dan tidak mempersulit di dalam perkara agama.
6. Allah telah mengabulkan doa para hamba-Nya dengan doa-doa tersebut (dalam ayat), oleh karena itu Dia mensyari’atkan bagi mereka membacanya di rumah dan ketika akan tidur.
Kita memohon kepada Allah melalui Asma dan Sifat-Nya serta karunia-Nya yang berupa konsistensi terhadap agama-Nya agar merealisasikan hal itu kepada kita dan segera mengabulkan janji-Nya kepada kita melalui lisan Nabi-Nya serta agar memperbaiki kondisi kaum Mukminin.
Yuk, mari kita amalkan.
Kembali ke atas